Bilirubin Tinggi

Wednesday, 10 September 2010

“Semaleman Kirana Rewel dan akhirnya tanggal 8 September Kirana control lagi ke dsa, dan ternyata Bilirubin Kirana udah 15! Dan harus di phototheraphy”.

Waktu pulang bilirubin Kirana agak tinggi, sudah mencapai 10,6 kalau tidak salah. Dan waktu itu ASI ibun juga belum lancar.. hixhixhix. Akhirnya malamnya Kiran rewel banget, mungkin karena haus. Akhirnya tanggal 8 September Ibun check ke dokter dan bilirubin sudah mencapai 15 dan harus di phototeraphy, dan itu artinya Kirana harus nginep lagi dirumah sakit. Jadi kita tidurnya misah.

Ibun sedih banget karena merasa bersalah, dan orang-orang di sekitar ibun kecuali ayah menyalahkan karena ibun kekeuh gak mau kasih susu formula. Padahal ayah dan ibun kekeuh gak mau kasih susu formula karena memang tau, ASI yang terbaik dan pemberian Susu Formula tanpa alasan yang benar-benar kuat is unacceptable. Nanti.. kalau Kiran sudah dewasa dan akan menjadi seorang Ibu juga, Ibun akan mendukung Kiran untuk keputusan besar semacam ini, bukan memojokkan. Karena Ibun tau besarnya arti sebuah dukungan pada saat seperti ini, terutama dari orang-orang terdekat kita.

Kenapa Kuning??

Ibun sempat tanya sama Aunty Shanty (yang dokter itu lho), apa sih penyebab bayi jadi kuning itu? Apakah benar karena orang tuanya kekeuh gumekeuh hanya ingin ASI eksklusif dan tanpa tambahan apapun selama 6 bulan pertama hidup bayi, termasuk saat ASI belum “keluar”.

Jawabannya.. Keadaan ini disebabkan oleh ketidakmampuan bayi dalam menangani terjadinya peningkatan produksi bilirubin, karena fungsi-fungsi organnya yang belum sempurna. Bayi akan terlihat kuning pada kurun waktu 24-72 jam setelah lahir. Normalnya kadar bilirubin dalam darah pada bayi yang lahir cukup waktu akan mencapai puncaknya di level 6-8 mg/dL pada hari ketiga lalu akan turun di hari berikutnya. Sedangkan bayi dikatakan mengalami jaundice fisiologi jika peningkatan kadar bilirubin mencapai 12 mg /dL, dan tidak lebih dari 15 mg/dL. Setelah hari ke-14 bayi sudah tidak tampak kuning lagi.

Dalam keadaan jaundice fisiologi sebenarnya tidak dibutuhkan perawatan, hanya saja peran sang ibu sangat dibutuhkan. Dalam hal ini, ibu harus senantiasa menyusui bayinya. Bayi yang kuning harus disusui secara eksklusif, tanpa tambahan asupan yang lain, baik itu air ataupun dextrose. Pada dasarnya jaundice fisiologi tidak berbahaya, pemberian ASI akan sangat membantu bayi dalam menangani tingginya kadar bilirubin dalam tubuhnya. Tetapi perlu diingat, jika kuningnya sudah menyebar sampai bagian kaki, maka bayi harus segera dibawa lagi ke rumah sakit, karena hal itu pertanda bahwa kadar bilirubin sudah semakin tinggi dan segera butuh penanganan tim medis.

Untuk mengatasi “kuningnya” ini memang harus dengan bantuan sinar UV (yang dikandung oleh sinar matahari), dan sejak Kirana lahir memang mataharinya kurang bersinar. Karena musim hujan, jadi seringnya mendung, jadi solusinya memang Phototheraphy.

Humpft…

Apa boleh buat. Walaupun ASI ibun sudah mulai banyak, tapi masih belum bisa mencukupi kebutuhan Kiran yang harus minum setiap dua jam sekali. (karena Ibun gak nginep di RSIA Archa artinya harus punya stock ASIP beku yang bisa memenuhi kebutuhan Kiran diwaktu malam, karena ibun hanya boleh nemenin kiran sampai jam 9 malam aja).

Dengan berat hati, Ayah dan Ibun akhirnya menanda-tangani surat persetujuan untuk memberikan susu formula. Walaupun tidak sampai dua hari dan gak full susu formula, tapi sudah bikin hati ayah dan ibun hancur (sok Idealis mode: ON!).

si bayi biru

Setelah dua hari, Kirana akhirnya boleh pulang. Bilirubbinnya sudah 7 dan artinya sudah aman J Alhamdulillah..!!

*note : saking gak mau kasih susu formula, ibun akhirnya minta donor ASI sama TeYu (tante Ayu), jadi Kirana sama Lyla saudara se-susu lho. Makasih yah Mamu Ayuu..

*PS: to all new mommies out there, jangan menyerah yaa.. tetap kasih ASI sekuat dan semampu kita! Kalau dukungan dari keluarga kurang terasa, u got me and other breastfeeding mommies yang hebat-hebat yang pasti mendukung anda!!! Cheers!

Tinggalkan komentar